Cerita Anak Bangsa harus tetap di perdegarkan kepada anak-anak, cerita dongeng ini sangat baik dan mendidik putra-putri kita. Cerita Asli Anak Indonesia tidak kalah seruhnya dengan cerita dari negri lain. Negri kita mempuyai potensi yang besar. Maka selayaknya kita terus mempertahankan potensi tersebut. disini saya akan menempilkan beberapa cerita asli anak indonesia yang tidak kalah menarik dengan cerita mancanegara.
AJI SAKA
Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang
diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan
manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih
Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara
diam-diam ke daerah lain.
Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang
sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak
tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya
diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan.
Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat
menolong rakyat Medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka
berangkat ke Medang Kamulan.
Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka
sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan,
karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun
sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.
Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannya.
Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannya.
Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu
Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk
sang Prabu.
Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan
menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas
serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka,
serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata
Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk
mengakhiri kelalimannya.
Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka
melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka
dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak.
Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia
memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji
Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke jaman keemasan, jaman dimana
rakyat hidup tenang, damai, makmur dan
sejahtera.
Timun Emas
Mbok Sirnipun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar
ditanam dan dirawat setelah dua minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada
satu yang paling besar dan berkilau seperti emas. Kemudian Mbok Sirni membelah
buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama
timun emas.Semakin hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari
datanglah raksasa untuk menagih janji Mbok sirni amat takut kehilangan timun
emas, dia mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin
dewasa,semakin enak untuk disantap, raksasa pun setuju. Mbok Sirnipun
semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat akan janinya hatinyapun
menjadi cemas dan sedih. Suatu malam mbok sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia
harus menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi. Di Gunung
Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu
biji mentimun, jarum, garam,dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya dirumah
diberikannya 4 bungkusan tadi kepada timun emas, dan disuruhnya timun emas
berdoa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun emaspun
disuruh keluar lewat pintu belakang untuk Mbok sirni. Raksasapun
mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji
mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.
Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa.
Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon banbu
yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus
mengejar. Timun emaspun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun
menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati.Yang terakhit Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika
terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati.
" Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini " Timun Emas mengucap syukur.Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.
" Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini " Timun Emas mengucap syukur.Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.
Malin
Kundang
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah
keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri
dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena
kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari
nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu,
dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin
tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan
posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi
sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari
ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka
terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan
ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir
untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali
ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik
dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah
menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula
kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak,
Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah
mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga
dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi
orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini,
nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan
diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin
Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah
berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang
di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di
kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang
berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat
beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa
itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh
kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya
kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang
ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai.
Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa
tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat
Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya
dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia
memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100
orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis
untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah
sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan
sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap
hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung
halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan
pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta
pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya,
melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua
orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang
berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya.
Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut,
semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin
Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?",
katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin
Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu
diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya.
Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang
sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri
Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai
ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar
pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat
marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang
memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau
benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama
kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal
Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan
lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Pesan Moral : Sebagai seorang anak, jangan pernah
melupakan semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu yang telah mengandung
dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi seorang anak yang durhaka.
Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung
sendiri oleh anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar